Tuesday, August 11, 2009

SEBUAH KISAH TENTANG DULU (cerpen kisah nyata)

" Matanya tiba tiba berbinar dan mengeluarkan cairan yang menetes tanpa ia sadari, setelah beberapa detik ketika ia melihat satu pandangan yang begitu keras saat dulu "

Pandangan itu tidak bisa dia lupakan dan semakin dekat dengan kejadian sebenarnya. Setiap ia menginjakkan kakinya ke tanah itu, memori itu berdarah kembali,.. ada apa sebenarnya ?
Ia berusaha tenang dan menerima kenyataan saat dulu.... ia sadar bahwa ia tidak di dalam kenangan itu lagi. Sambil menenangkan hati agar debaran debaran ini menghilang, ia pun cepat mengucapkan kalimah meminta perlindungan pada yang Maha Kuasa. Astagfirullahhal'azim...berkali kali ia ucapkan sampai akhirnya ia bisa berpikiran jernih.

Di dalam hatinya : " Ya Allah aku minta padamu bunga yang indah tapi Engkau beri kaktus berduri, aku minta binatang yang mungil namun Engkau beri ulat berbulu...Ya Allah kenapa Engkau beri padaku sesuatu yang lain dari yang ku pinta ? Bencikah Engkau padaku ??
ASTAGFIRULLAHHAL'AZIM....beberapa waktu kemudian aku tersentak, SUBHANALLAH...ternyata kaktus yang Engkau berikan berbunga sangat indah dan ulat bulu pun berubah menjadi kupu kupu mungil. Sesungguhnya Engkau berikan itu semua tepat pada waktunya".

Ia tersenyum kembali dan memuji syukur nikmat yang di berikan selama ini. Sambil memandang sekali lagi pandangan yang menyakitkan itu.
Dulu saat ia beranjak di kelas III SD, di tempat ia di lahirkan, ia sangat kebingungan dengan situasi dan kondisi yang ia alami. Ia selalu merasa sendiri tanpa teman dan dukungan keluarga. Sifat periang anak seusianya berubah menjadi pendiam dan penyendiri, sifat keterbukaannya berubah menjadi pemberontak yang bisa di lihatkan lewat perilakunya.

Dulu ia suka menyalahkan Penguasa Bumi ini atas apa yang ia alami. Ketidakadilan dan kecurangan hidup terus menyiksa bhatinnya. Sampai akhirnya ia harus tumbuh dengan kedewasaan yang belum waktunya. Keberhasilan itu harus ada di setiap langkahnya bukan keadaan tadi, ia berusaha bangkit, selalu ingin tegar dengan membekali ambisi dan keyakinan hati. Menurutnya " ternyata yang membuat kedewasaan itu tumbuh bukan karena umur tetapi keadaan seseorang, yang mengharuskan seseorang itu lebih belajar dari pengalaman hidup apa saja yang pernah ia alami.

Sifat keras itu di bawa ke mana pun ia pergi, sampai akhirnya ia merasa tidak butuh perlindungan dan perhatian orang lain. Tanpa kedua orang tuanya di sisi ia jalani hidup keras ini sampai ia menemukan apa yang di cari dan menemukan jawaban yang selalu ada di benaknya dari dulu. Kini ia sudah memiliki keluarga yang utuh, yang bisa melengkapi sesuatu yang hilang tadi. Dan berharap anak cucunya kelak tidak mengalami keadaan seperti dia.

Berbagai macam pengalaman hidup di jadikan guru dan bekal untuk terus melangkah. Ada yang seharusnya...yah memang seharusnya, ada juga yang aneh tapi kenyataan, ada yang tak mungkin tapi tetap di jalani. Hidup ini adalah pelajaran untuk menambah ilmu dan pengalaman. lebih baik mencoba dari pada tidak sama sekali. Tak bisa di hitung berapa banyak kejadian, tragedi, pengalaman juga sesuatu yang baru...akan tetap ia jalani dan nikmati apa yang diberi oleh-Nya.

Tiba tiba perasaan gundah tadi hilang lenyap dari pandangan yang menyakitkan dulu. Ia harus terus melangkah dan menjalani yang telah ada sekarang. Berusaha ikhlas dengan apa yang di berikan Allah, karna mungkin itu yang terbaik untuk dia. Kenangan lama yang buruk ia lupakan, kenangan yang baik ia simpan rapi rapi di dalam hati kecilnya...agar ia bisa menikmati lebih bersyukur dengan apa yang di miliki sekarang.

Sekarang jangankan untuk menyendiri atau berdiam diri, ia sangat periang selalu ingin menghibur teman atau siapa saja yang dikenalnya, walau di dalam hatinya belum tentu selucu candanya. Menurutnya jika orang lain bisa bahagia tertawa ia merasa dibutuhkan dari orang tersebut. Ia juga sering bertanya di dalam hati " apakah didalam ketawa ada tangisan ? pertanyaan yang tak bisa di jawab juga sulit di pahami.

Kini ia pergi meninggalkan pandangan itu, dari perasaan sakit menjadi senyuman keikhlasan. Yang ada di benaknya ingin cepat pulang berkumpul dengan keluarga yang di cintainya dan bertemu dengan teman teman yang ia sayangi.


Note : Semoga cerpen ini menjadikan kita lebih dewasa, matang dalam berpikir dan berhati hati memulai sesuatu yang baru.

nara sumber : Someone without name




No comments: